Halaman

Membela Syahwat Perut Politikus

Pemilu 2019 telah memecah bangsa setidaknya menjadi dua kubu yang berseteru kuat. Masing-masing kubu menganggap bahwa calonnya adalah yang terbaik untuk negeri. Dari pemilu itu muncul sebutan yang sangat fenomenal, cebong dan kampret. Seolah-olah bangsa kita hanya terdiri dari populasi dua binatang ini saja. Bahkan sebagian kita cuma mau menerima satu di antara dua binatang ini, kalau nggak cebong ya kampret. Tidak ada ruang untuk yang ketiga yaitu mereka yang tidak mengubah diri menjadi binatang-binatang itu dan tetap menjadi manusia seutuhnya. Atau mereka yang tetap memilih tetapi akal sehatnya tetap jalan sehingga sifat kemanusiaannya masih ada; Berakal.
Jurang pemisah antarbangsa, antarindividu menjadi semakin lebar. Setiap orang memiliki dendamnya sendiri hanya karena junjungannya dicela kubu sebelah. -Mungkin udah tipikal bangsa kita mudah dendam karena pepesan kosong-. Ada yang sampai cekcok dengan keluarga, ada yang sampai cerai hanya perbedaan syahwat politikus mana yang menjadi idola. Kebencian ditebar di mana-mana. Setiap calon memiliki buzzer-nya masing-masing. Buzzer layaknya anjing yang begitu gila membela tuannya. Nama tuannya akan diangkat setinggi-tingginya sedang nama lawan akan diinjak sehina-hinanya. Segala amunisi mereka pakai, mulai dari berita fakta -porsinya dikit banget-, penyelewangan fakta, pembelokan logika sampai berita bohong pun mereka sebarkan untuk menaikan suara yang membayar mereka dengan tulang. Ya, mana mungkin para buzzer itu mau bekerja kecuali syahwat perutnya dikenyangkan dahulu.
Macam-macam cara juga dipergunakan untuk menggaet suara rakyat. Ada yang menggunakan iklan-iklan bohong. Pencitraan basi. Ada yang menyerang lawan berharap ada simpati ke calon sendiri, bahkan ada yang sampai menyematkan gelar partai Allah dan Partai setan. -Hey bung, sejak kapan Allah ikut politik. Bikin partai buat melawan setan-setan yang bikin partai juga?-. 

Tapi kok ya banyak bangsa kita terseret arus itu gitu lo. Kita sampai terpecah belah, terombang-ambing terseret arus politik, saling menciderai, pecah hubungan persahabatan hanya karena politik? Sadar ngga sih kalian siapa yang kalian bela itu? Satrio piningit? Nabi baru? Atau malah mereka itu Dajjal? Yang mulutnya semanis gula tetapi hatinya lebih busuk dari bangkai? Ingatlah sobat, yang kalian semua bela mati-matian itu politikus, dimana memang pekerjaan mereka mengelabuhi rakyat. Masih ingat dahulu ada istilah satrio piningit kepada seorang figur? Menjanjikan A, B, C ternyata setelah terpilih semua janjinya dia langgar. Tidak ada janji yang dilaksanakannya. Ya begitulah politikus, mereka punya syahwat berkuasa yang tinggi. Dan kalau kita sampai kemakan retorikanya, habislah kita.
Saya kadang jijik dengan ulah politikus negeri ini. Mereka seperti melihat kita para rakyat seperti orang yang kelaparan. Mereka janjikan jika mereka terpilih untuk menjaga lumbung, mereka akan bagi makanan itu ke kita. Ternyata setelah terpilih, lumbung itu dikuasainya dan kita tetap dalam keadaan lapar. Sedangkan mereka sedang mengenyangkan diri, memuaskan syahwat mereka akan kekuasaan. Mereka tidak peduli andai para rakyat sampai mati kelaparan yang penting syahwat mereka terpenuhi. Bagaimana pun dipolesnya oleh media, para politikus itu ya begitu.

Jadi pesan saya, cukuplah kita membela syahwat-syahwat mereka. Sebesar apapun nama mereka diangkat, mereka tetap manusia yang mudah tergoda dengan syahwat dunia. Mereka juga memiliki cikal bakal keserakahan. Mereka memiliki kepentingan-kepentingan pribadi maupun kelompok yang harus dipenuhi dengan darah rakyat. Jangan sampai kita menjadi anjing penjaga yang bahagia karena diberi tulang sedangkan tuannya nyaman menyantap daging yang lezat di dalam rumah. Kembalikan akal sehat kita. Bukan akal sehat versi kubu A atau kubu B. Kalau masih akal sehat versi kubu A dan B ya itu sama saja akal kita sedang sakit. Kembalikan akal sehat kita yang benar-benar sehat. Yang membuat kita dapat berpikir jernih melihat sisi positif dan negatif dari suatu permasalahan. Hindarkan diri bersifat fanatik. Fanatik itu menutup akal. Sangat disayangkan bila kita fanatik tetapi kepada orang yang salah. Orang yang menginginkan kita menjilat tulang agar mereka puas memakan daging. 

Yok mari berpikir cerdas. Jika kalian masih menjadi bagian dari populasi binatang bangsa, maka hijrahlah dari sifat kebinatangan -cebong dan kampret- itu dengan meraih kembali akalmu. Hilangkan sifat fanatik kepada politikus tertentu. Tinggalkan hingar bingar perpolitikan. Fokuslah belajar agar terang bagimu mana yang benar dan mana yang salah. Perjalanan kita tidak hanya di dunia saja bukan? Dan politikus yang kita bela mati-matian itu bahkan tak mampu menyelamatkan dirinya di hari pengadilan kelak. Apalagi membela kita....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMA KASIH ATAS KOMENTARNYA.

Peace Keeper 2

Plok plok plok Cup cup cup, ini salah si kodok Si kodok nakal ya....  Udah bikin si adek celaka Brak Brak Brak Rasain mejanya ku gebrak Cup ...