Halaman

Next Year Insya Allah, In Effort but Not Promise

Lagi-lagi mau nulis tentang pernikahan. Hahahaha emang kalau sudah umurnya, ngomongin kaya gini emang gak ada habisnya. hahaha

Pandangan ane tentang pernikahan sudah ane tulis di post-post sebelumnya. Pernikahan bukan sekedar senang-senang saja. Bahkan ada misi suci di sana. Misi suci yang diikat janji suci yang seharusnya diawali tidak dengan memantik murka illahi. Dan harapkan agar tali pernikahan kekal hingga di surga.


Sebenarnya sepengetahuan ane, yang butuh wali ketika menikah itu adalah pihak perempuan. Sedang pihak laki-laki tidak. Maka sebenarnya pernikahan seorang laki-laki tetap sah meski tanpa kehadiran orang tua sekali pun. Yang penting ada saksi saja dari pihak laki-laki. Namun meski begitu, ane memandang melibatkan orang tua dalam acara yang membahagiakan seperti ini adalah wujud bakti kepada mereka. Sebagai orang yang berjasa membesarkan kita dengan pertaruhan air mata, keringat dan darahnya orang tua sangat wajib untuk dibahagiakan. Maka saya menganggap rido mereka untuk urusan rumah tangga seperti ini sangat penting. Karena bila mereka tidak rido maka mungkin saja ke depannya akan celaka.

Dalam hal ini ane memilih untuk meminta izin dan restu kedua orang tua terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menikah. Apalagi ibu ane minta ane lulus kuliah terlebih dahulu. Bila ane ingin menikah sebelum lulus kuliah, tentu terlebih dahulu ane harus meyakinkan orang tua ane bahwa ane akan berusaha semaksimal mungkin lulus kuliah dengan nilai yang baik. Ane perlu meyakinkan mereka bahwa pernikahan bukan hal yang menghalangi kuliah ane. Terlebih ane adalah laki-laki. Kalau perempuan mungkin iya, bila telah menikah biasanya beban rumah tangganya tidak bisa ditinggal. Karena wanita mengalami hamil dan melahirkan sehingga bila wanita memilih kuliah, sebaiknya ia tidak menikah. Namun ada satu kendala lagi bagi wanita, yaitu umur. Semakin wanita berumur maka kesempatannya memiliki anak semakin tipis. Di sinilah wanita diuji. Namun yang jelas, bangku kuliah bukan satu-satunya sarana menuntut ilmu bagi wanita. Ada banyak sarana yang bisa dimanfaatkan untuk menuntut ilmu terutama ilmu agama karena itulah yang paling dibutuhkan oleh  manusia ketika membina rumah tangga. Anda tidak akan memerlukan rumus-rumus kimia atau bahasa pemrograman untuk membentuk karakter buah hati Anda. Dan karakter paling baik dibentuk dengan pendidikan akhlak dan agama oleh orang tuanya pada usia dini.

Kembali ke lap....top... Setelah ane meyakinkan bahwa ane akan berusaha untuk lulus kuliah maka ane perlu meyakinkan orang tua bahwa jodoh pilihan ane adalah tepat. Semalam ane curcol dengan sohib ane perihal pernikahan dan di situ dia cerita bahwa salah satu syarat yang diajukan oleh ibu sohib ane apabila sohib ane mencari jodoh adalah sayang keluarga sohib ane. Yak dan syarat ini sama dengan syarat yang diajukan oleh ibu ane.

Seorang ibu tak ingin diduakan oleh anaknya. Apalagi anak sulungnya. Dan ini adalah sesuatu yang wajar. Sebab ibu yang telah melimpahkan kasih sayangnya mendidik anaknya hingga dewasa tidak akan rela bila dikalahkan oleh wanita asing yang tidak menyumbang apapun bagi kehidupan jagoannya dulu. Meski ibu tidak menuntut balas namun sakit rasanya bila ia di sisihkan oleh anaknya lantaran wanita asing yang kini menjadi istri anaknya. Di bagian inilah rentan terjadi kecemburuan antara istri dan ibu. Dimana kedua wanita ini saling menuntut kasih sayang dari jagoannya. Dan hal ini tentu akan mengganggu keharmonisan kehidupan rumah tangga.

Oleh karenanya ane perlu meyakinkan ibu terlebih dahulu bahwa wanita yang kupilih untuk menjadi istri adalah wanita yang mengerti akan hal ini. Wanita yang juga sayang pada suami dan keluarga suami. Dan alhamdulillah ane sudah pertemukan mereka berdua agar ibu dapat menilai sendiri bagaimana wanita pilihan ane ini bagi beliau. Dan ibu memberi respon positif.

Kemudian, pendidikan agama bagi istri sangatlah penting. Sebab di sini istri harus menyadari bahwa surga-neraka suaminya tetap ada pada ibunya. Sehingga kewajiban suami berbakti pada ibu tidak akan luntur meski telah menikah. Berbeda dengan istri yang berpindah surga dan nerakanya kepada suaminya ketika dia telah menikah. Dan dia wajib taat pada hal-hal yang ma'ruf dari suaminya.

Kembali ke pembahasan masalah kuliah. Untuk meyakinkan ibu akan keseriusan ane untuk kuliah, ane memberikan tawaran kepada ibu bahwa ane akan berusaha semaksimal mungkin lulus dari bangku kuliah dengan nilai yang baik. Dan untuk menjaminnya, ane hanya mampu mengajukan waktu pernikahan paling cepat ketika ane menginjak semester 6. Sebab target pertama ane lulus 7 semester. Maksimal 8 semester. Sehingga di semester 6 diharapkan ane hanya tinggal menyelesaikan setahun lagi kuliah ane. Dan ane harap juga dengan tersisa sedikit lagi masa kuliah, ane tidak memberatkan istri ane kelak karena ane sering di luar rumah. Kerja sambil kuliah tentu akan menyita banyak waktu. Jadi ane tidak ingin membuat mereka sedih karena hal-hal tadi.

Selain hal-hal di atas, ada juga beberapa pendekatan yang ane lakukan untuk orang tua ane. Meski lebih dari setengah umur ane, ane habiskan tanpa mereka -karena kebutuhan pendidikan dan pekerjaan- namun ane akan tetap berusaha membahagiakan mereka. Ane menyayangi mereka. Ane ingin hidup ane selalu dalam doa dan rido mereka. Ane tak ingin membagi kesedihan kepada mereka dan ane berharap mereka bahagia. Ane berharap kelak kita akan dikumpulkan di surga Allah bersama. Oleh karenanya  bagi ane rido orang tua sangat penting. Bahkan dulu pernah ada seorang ulama yang mengisi kajian di depan ratusan ribu orang, dipanggil oleh ibunya yang kurang waras untuk memberi makan ayam. Bila kita pasti sudah marah-marah, namun yang beliau lakukan adalah beliau permisi kepada jamaahnya, beliau tinggalkan mereka kemudian beliau penuhi panggilan ibunya. Mengajar manusia hukumnya sunnah atau fardhu kifayah namun berbakti kepada orang tua hukumnya wajib 'ain. Dari kisah-kisah kebaktian salaful ummah terhadap ibunya dahulu ane banyak mengambil manfaat dan faidah bahwa orang tua adalah dua pintu surga bagi kita.

Terakhir yang membuat ane mampunya tahun depan adalah masalah hari dan biaya. Cuti tahun ini sudah hampir habis sebab kemarin ane perlu mendaftarkan SMA adik ane di Jogja. Sedang dana sudah lumayan terkuras untuk hal yang sama. Namun ane gak menyesali hal itu. Ane justru bersyukur Allah beri rezeki ane untuk membantu adik ane meneruskan pendidikan di Jogja. Dan ane makin bersyukur sebab ane tidak perlu berhutang ke lembaga ribawi untuk biaya ke Jogja tempo hari. -Alhamdulillah Maha Suci Allah Ar Razaq yang telah menjamin rezeki hamba-hamba-Nya-. Dan tentunya untuk biaya pernikahan kelak pasti akan lumayan banyak sebab ane perlu menghadirkan keluarga ane ke Jogja. Pulang pergi ditambah ane juga perlu mencari kontrakan buat ane dan istri di Palembang, belum lagi biaya kuliah yang belum selesai. Tapi ane tetap yakin, Allah Ar Razaq akan menyediakan rezeki halal bagi ane selama ane tidak berputus asa dari jalan rezeki yang halal dan semoga ane senantiasa bertaqwa kepada Allah Ar Razaq.


Jika sudah tahu seperti itu mengapa gak nunggu lulus kuliah aja?

Ane mengusahakan tahun depan sebab ane paham gimana kondisi target ane ini. Meski selama ini ane gak pernah komunikasi sama dia namun ane menangkap bahwa dia sudah sangat ingin menikah. Apalagi ane dapat keterangan dari sohib-sohib ane. Ditambah adiknya sudah lebih dulu menikah tentu posisi dia semakin susah. Akan banyak pertanyaan tentang pernikahannya datang kepadanya. Dan ini tentu saja akan sangat mengganggu. Ane memahami hal itu dan inilah yang mampu ane usahakan. Jujur dulu ane dan target ane ini pernah LDR an namun ane akhiri itu sebab ane gak mau pacaran dan ane merasa mengkhianati orang tua. Sebab apa-apa sama doi, sedang ibu nomor sekian. Semakin besar beban itu akhirnya ane memutuskan untuk mengakhiri hal tersebut. Dan ane nilai agama target ane ini baik -insyaAllah-, setidaknya doi adalah wanita yang tertarik dengan ilmu agama. Ane berharap jika Allah menakdirkan ane dan dia dalam satu bahtera, ane dan dia akan makin rajin mengaji. Menuntut ilmu agama dari pengajian yang ada di sekitar Palembang ini, atau dimanapun kita tinggal. Berdua membina rumah tangga dalam dekapan sunnah. Mengekalkannya hingga ke surga insyaAllah.

Ane ingin menutup ocehan gak jelas ane ini dengan sebuah puisi yang pernah ane tulis dulu. Sebuah puisi yang menggambarkan keinginan dari seorang insan untuk berubah. Sebab manusia butuh berubah menjadi lebih baik dan lebih benar.

Perubahan

Perubahan
aku ingin berubah
dan bilamana mereka yang pernah hidup di masa laluku
dan menjumpaiku kemudian
aku ingin berubah
bahwa sesuatu itu bertahan dengan berubah
bahwa sesuatu itu mati karena perubahan
dan bagi kawan-kawan
maafkan aku agak berantakan
dan aku inginkan perubahan
dan bagimu
aku selalu mengharapkanmu
melengkapi perubahanku



NB: Akhir tahun ini ane berencana menemui orang tua dulu, meminta keyakinan atas rido mereka bila ane akan melamar target ane tahun depan.-Di sini yang membuat ane belum bisa janjiin ke target ane-. Mungkin sekitar maret atau april insyaAllah bila izin dan rido orang tua sudah resmi turun ane akan ke Jogja dan ane jantan-jantanin diri ane ngomong ke keluarga target ane bahwa ane serius mau menikahi doi. Bila diterima alhamdulillah, bila ditolak alhamdulillah. Yang jelas ane percaya jodoh ane Allah yang ngatur. Dan apa yang Allah tetapkan adalah yang terbaik.

Sekian moga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMA KASIH ATAS KOMENTARNYA.

Peace Keeper 2

Plok plok plok Cup cup cup, ini salah si kodok Si kodok nakal ya....  Udah bikin si adek celaka Brak Brak Brak Rasain mejanya ku gebrak Cup ...