Sebagaimana teman yang dapat menjerumuskan seorang ke kubangan dosa,
seorang istri pun demikian. Saya pernah mendengar kisah seorang ulama
salaf yang kurang lebih isinya bahwa ia pernah bertemu dengan seorang
pedagang di sebuah pasar. Perangai pedagang tersebut waktu menawarkan
dagangannya sungguh sangat buruk. Dia tidak berlaku jujur terhadap
barang dagangannya. Dia selalu memuji-muji barang dagangannya dan selalu
menyebut kelebihan barang dagangannya namun selalu menyembunyikan
kekurangan barang dagangannya.
Suatu ketika sang ulama salaf
bertemu kembali dengan pedagang tersebut namun kali ini perangainya
berubah total. Ia tampak lebih jujur dalam berjualan dan dengan terbuka
ia sebutkan kelebihan dan kekurangan barang dagangannya. Sang ulama pun
menanyainya, mengapa perangainya dalam berdagang bisa berubah total. Ia
pun bercerita bahwa dahulu ia memiliki seorang istri yang tidak pernah
merasa cukup dengan kebutuhan hidupnya. Apapun yang dia berikan kepada
istrinya selalu dikeluhkan oleh sang istri. Diberi banyak ia mengeluh
diberi sedikit ia marah. Al hasil sang pedagang pun terpaksa melakukan
segala cara agar barang dagangannya terjual laris dan ia mendapat untung
sebanyak-banyaknya agar istrinya senang.
Namun kali ini berbeda,
ia sudah ceraikan istrinya yang lalu kemudian ia menikahi seorang
wanita sholehah yang selalu merasa cukup akan rezeki yang ia bawa.
Berapa pun jumlahnya selalu ia terima dan ia selalu mengucapkan terima
kasih atas pemberian suaminya. Dan perangai santun nan sholehah sang
istri membuat sang suami pun bersemangat untuk mencarikan rezeki yang
halal lagi berkah kepada istrinya. Ia pun berdagang dengan penuh
kejujuran dan mengharapkan rezeki yang didapatkannya berkah.
Begitulah,
kiranya kisah di atas membuktikan bahwa sifat istri pun dapat
berpengaruh terhadap cara suami mencari nafkah. Carilah istri dari
kalangan perempuan kaya. Maksudnya ia selalu merasa cukup dan bersyukur
terhadap berapa pun rezeki yang diterimanya. Ia akan selalu mendukung
suami agar senantiasa mencari rezeki yang halal. Berapapun yang didapat
asalkan halal itu sudah lebih dari cukup.
Hindari memilih istri
yang bersifat hedonis. Yang selalu ingin tampil cantik di muka umum.
Atau wanita yang jarang bersyukur terhadap pemberian orang lain.
Yakinlah bila sifat selalu merasa kurang itu tidak dihilangkan maka
hidup akan senantiasa merasa kekurangan dan seolah-olah hidupnya miskin.
Wal iyyadzubillah
Semoga Allah pertemukan kita dengan jodoh yang terbaik kelak. Aamiin
Catatan: Kisah tersebut kurang lebih isinya seperti di atas. Untuk detilnya saya lupa. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMA KASIH ATAS KOMENTARNYA.