Halaman

SINDROM JIWA PENCINTA


Sesak nafas ini…

Begitu membuai si Rama Ramayana

Mungkinkah Musailamah alkadzdzab menteror

Setiap benih-benih laut merah jambu di pelupuk maya

Yang bersimpuh di ujung lapuknya rayap-rayap pohon kurma?

Aku yang manginjak tangga ke lima belas

Termangu dalam dekap lilin jingga yang menyala

Membara membakar jiwa yang termabuk arak China

Hingga kepalang di seberang laut kobaran rasa

“Adinda… mungkinkah kini akang tenggelam.”

“Terhunus titah Alkadzdzab di seberang kebun bunga .”

“Ditikam Niagara di parit rumah kosong dalam dada.”

“Dinda… akang berusaha.”

“Meski berlari dengan kaki yang bertindih di kursi roda,…

Berlari mengejar cahaya di bayang gelap singgasana cinta,…

Berlari walau tersungkur tajamnya gigi-gigi hiu laut pilu,…

Berlari meski aku bermanis-manis lagi dalam perihnya

sayatan sembilu,…

Demi sebuah lentera di relung senjanya pagi buta,…

Demi seberkas cakrawala

di ambang manisnya khayal pejam,…

Tunggulah…

Kelak mentari kan terbit di jemariku.”…

“Esok engkau kan menyandingku,…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMA KASIH ATAS KOMENTARNYA.

Fufufafa

image by:  https://media.istockphoto.com/id Seorang pemuda tanggung berusia tiga puluh bermata sayu, kedua irisnya hampir beradu  senyumnya ...